Cut Meutia (1870-1910)
SK PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
NO. 107/TAHUN 1964
TANGGAL 2 MEI 1964
Cut Nyak Meutia lahir di Perlak, Aceh pada tahun 1870. Beliau adalah seorang panglima Aceh ketika perang melawan Belanda.
Bersama suaminya Teuku Cik Tunong, beliau membentuk dan menyerang patroli-patroli yang dilakukan Belanda di daerah pedalaman Aceh. Penyerangan yang berkelanjutan ini membuat Belanda mengambil keputusan untuk membujuk Cut Meutia agar menyerah. Namun, beliau menolak bujukan Belanda tersebut.
Pada bulan Mei tahun 1905, Teuku Cik Tunong ditangkap Belanda dan kemudian dihukum mati. Sebelum Teuku Cik Tunong ditangkap, beliau sempat berpesan kepada Cut Meutia agar menikah lagi dengan Pang Nangru. Pang Nangru adalah kawan akrab Cik Tunong.
Setelah menjalankan pesan suaminya itu, Cut Meutia kembali melanjutkan perjuangan. Pada tanggal 26 September 1910 terjadilah pertempuran di Paya Ciciem, yang menewaskan Pang Nangru. Dalam pertempuran ini, Cut Meutia dapat meloloskan diri. Cut Meutia diberikan amanah untuk memimpin pasukan yang berkekuatan hanya 45 orang dengan 13 pucuk senjata.
Dengan seorang anaknya yang bernama Raja Sabil yang berumur sebelas tahun, Cut Meutia kembali melanjutkan perjuangan. Cut Meutia terus berjuang hingga suatu hari ia terkepung. Beliau meninggal dunia pada tahun 1910.
Sumber:
Said, Julinar dan Wulandari, Triana. 1995. Ensiklopedi Pahlawan Nasional. Jakarta: Sub Direktorat Sejarah Direktorat Sejarah dan Nilai Tradisional Direktorat Jendral Kebudayaan.
EmoticonEmoticon