Bekas Peninggalan Kerajaan Melayu Tua Jambi (Dharmasraya) |
Pancarona Sejarah - Kerajaan Melayu Jambi adalah salah satu dari kerajaan tua di Nusantara. Kerajan Melayu Jambi pernah ditaklukan oleh kerajaan besar yang ada di Indonesia, seperti Sriwijaya, Singhasari, dan Majapahit.
Kerajaan Melayu Jambi ini sebelumnya mempunyai peran penting di Sumatera dan selalu bersahabat dengan negara-negara tetangga, seperti Cina, dan lain-lain. Kerajaan ini juga merupakan kerajaan besar yang terletak di propinsi Jambi.
Kerajaan ini pernah pula setelah Sriwijaya diujung tanduk dan setelah ditaklukan Majapahit menjadi bagian dari Melayu Jambi, sampai pada memeluk kesultanan Islam, dan sampai pada kolonialis Belanda tiba.
Setelah Kerajaan Sriwijaya musnah di tahun 1025 karena serangan Kerajaan Chola dari India, banyak bangsawan Sriwijaya yang melarikan diri ke pedalaman, terutama ke hulu sungai Batang Hari. Mereka kemudian bergabung dengan Kerajaan Melayu Tua yang sudah lebih dulu ada di daerah tersebut, yang sebelumnya merupakan daerah taklukan Kerajaan Sriwijaya.
Pada tahun 1088, Kerajaan Melayu Jambi, menaklukan Sriwijaya. Situasi jadi berbalik dimana daerah taklukannya adalah Kerajaan Sriwijaya. Pada masa itu, Kerajaan Melayu Jambi dikenal sebagai Kerajaan Dharmasraya. Kerajaan ini bertempat di selatan Kabupaten Sawah Lunto, Sumatera Barat, dan di utara Jambi.
Hanya ada sedikit catatan sejarah mengenai Dharmasraya ini. Diantaranya yang cukup terkenal adalah rajanya yang bernama Shri Tribhuana Raja Mauliwarmadhewa (1270-1297), yang menikah dengan Puti Reno Mandi. Sang raja dan permaisuri memiliki dua putri yang cantik jelita, yaitu Dara Jingga dan Dara Petak.
Dara Jingga
Pada tahun 1288, Kerajaan Dharmasraya yang termasuk dalam bagian Kerajaan Sriwijaya, menjadi taklukan Kerajaan Singhasari di era Raja Kertanegara, dengan mengirimkan Senopati Mahisa/Kebo/Lembu Anabrang, dalam ekspedisi PAMALAYU 1 dan 2. Sebagai tanda persahabatan, Dara Jingga menikah dengan Senopati dari Kerajaan Singhasari tersebut. Mereka memiliki putra yang bernama Adityawarman, yang di kemudian hari mendirikan Kerajaan Pagaruyung, dan sekaligus menjadi penerus kakeknya, Mauliwarmadhewa sebagai penguasa Kerajaan Dharmasraya berikut jajahannya, termasuk bekas Kerajaan Sriwijaya di Palembang. Anak dari Adityawarman, yakni Ananggavarman/Ananggawarman menjadi penguasa Palembang di kemudian hari. Sedangkan Dara Jingga dikenal sebagai Bundo Kandung/Bundo Kanduang oleh masyarakat Minangkabau.
Dara Petak
Pada tahun 1293, Mahisa/Kebo/Lembu Anabrang beserta Dara Jingga dan anaknya, Adityawarman, kembali ke Pulau Jawa. Dara Petak ikut dalam rombongan tersebut. Setelah tiba di Pulau Jawa ternyata Kerajaan Singhasari telah musnah dan sebagai penerusnya adalah Kerajaan Majapahit. Oleh karena itu, Dara Petak dipersembahkan kepada Raden Wijaya, yang kemudian memberikan keturunan: Raden Kalagemet yang bergelar Sri Jayanegara setelah menjadi Raja Majapahit kedua.
Fakta
Adanya pertalian darah melalui perkawinan antara Kerajaan Dharmasraya, Kerajaan Pagaruyung, Kerajaan Majapahit, dan bekas Kerajaan Sriwijaya di era itu.
EmoticonEmoticon